Wednesday, January 4, 2012

Irwandi Yusuf Dan Badai Hujatan

Dewasa ini ada-ada saja tingkah dan kelakuan manusia dalam melakukan aktifitas politiknya, berbagai metode dan strategi ditempuh untuk meraih suatu tujuan yang ia impikannya.

Namun sayang berbagai trik-trik licik itu membuat orang lain ikut keblabasan, mungkin sudah menjadi rahasia umum banyak aktor-aktor politik yang mengobarkan masyarakat awam untuk menggolkan tujuannya.

Namun penulis tidak membahas tentang hal tersebut, melalui secarik tulisan ini, penulis hanya ingin mengisahkan mengenai kondisi dan situasi menjelang Pilkada di Aceh. Menurut hemat penulis, saat ini ada segelintir kalangan yang ingin melakukan segala cara untuk memperoleh kekuasaan.

Ada fenomena-fenomena aneh yang terjadi dalam pra Pilkada kali ini, hampir di setiap daerah Aceh benci ketika Irwandi mencalonkan diri untuk maju kembali menjadi calon orang nomor satu di Aceh.

Berbagai cara dilakukan agar Irwandi Yusuf gagal maju dalam Pilkada Aceh, menurut hemat penulis, hal tersebut dilakukan karena dukungan terhadap Irwandi sangat besar di Aceh, maka muncullah segelintir orang ibarat bak Jenderal besar untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat yang tujuannya untuk mencekal Irwandi Yusuf agar gagal dalam Pilkada tahun ini.

Berbagai cara dilakukan, seperti gebrakan yang dilakukan segelintir Peneriak melakukan aksi unjuk rasa agar Irwandi Yusuf untuk ditangkap dengan tuduhan korupsi, begitu juga aktivis dalam bidang yang lain juga mengugat Irwandi Yusuf dituduh karena kebijakan-kebijakannya merusak inilah, and itulah.

Dalam hal ini penulis menjadi aneh, kenapa para-para peneriak tersebut melakukan penghujatan ini pada saat detik-detik menjelang Pilkada Aceh akan berlangsung. Dulu-dulunya itu kemana?

Dan jika memang Irwandi dianggap salah kenapa dulu tidak didemo, dikritik atau dilaporkan ?

Dulu yang jadi peneriak sekarang, kemana? apakah dulu sibuk berhayal atau proyek atau sedang bobok manis saja?

Saat ini penulis menaruh curiga terhadap peneriak –peneriak tersebut, penulis berasumsi bahwa para peneriak itu ada melakukan bargaining dengan para-para elit politik, apabila Irwandi yusuf berhasil mereka cekal maka para peneriak itu pun mendapatkan bagian bak intan dan permata.

Penulis berharap para aktor-aktor politik di Aceh bisa memainkan peran politiknya dengan dewasa tanpa harus ada saling sikut, saat ini penulis melihat apa yang dilakukan oleh para aktor-aktor politik di Aceh tidak jauh beda seperti apa yang dilakukan oleh Niccolo Machiavelli yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan tujuan.

Hal tersebut terbukti di Aceh, saat ini Irwandi Yusuf terus berusaha dirusak pamornya oleh sekelompok elit politik yang tidak untuk Irwandi yusuf maju sebagai orang nomor satu di Aceh, saat ini kita harus mengakui bahwa pamor Irwandi Yusuf sangat baik di mata masyarakat.

Irwandi Yusuf mampu mengaplikasikan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat Aceh, Gubernur-gubernur Aceh yang pernah memimpin Aceh belum pernah membuat terobosan seperti Irwandi yusuf, yaitu melalui kesehatan gratis kepada seluruh masyarakat Aceh.

Kota di Indonesia yang mendapatkan kesehatan gratis hanya dua kota saja yaitu: kota Jembrana dan Aceh. Irwandi Yusuf juga banyak pihak mengakui punya komitmen yang baik dalam mengelola lingkungan, bahkan ia mencetuskan Aceh Green.

Gubernur Aceh yang sebelumnya bahkan tidak pernah membuat terobosan ini. Bahkan dengan konsep ini presiden Djang Mulidja Susilo Bambang Yudoyono mendapat pengghargaan dari dunia internasional.

Terlepas dari semuanya, seorang Irwandi juga bukan malaikat, yang memiliki kebenaran mutlak, dan juga kita akui atau tidak dia juga sudah mencoba berbuat. Namun dalam kontek ini, sisi baik ditenggelamkan dalam-dalam oleh para Peneriak. Alangkah baik dan bijaksananya, jika kita mengakui kebaikan dan menghargai perbuatan yang baik juga kita tidak diamkan keburukan.

Rakyat ingin pemimpin yang peduli dan a-da yang ter-akomodir harapan mereka. Untuk berharap ter-akomodir semua keinginan pribadi –jelas tidak mungkin. Dan jika ada daerah atau Negara yang mau meng-akomodir semua keinginan pribadi kita, Saya yang pertama mendaftar.

Penulis berharap dalam Pilkada ini mari kita sama-sama menjalankan pesta demokrasi dengan damai dan kita harus bersikap dewasa tanpa harus saling sikut dan jangan kita saling bertengkar, demi Aceh yang lebih baik kedepan. Bek sampe geutanyoe lage panyoet Pliek, gadoh loeh itam punngong gob, punggong droe itam hana tathe droe| AT | OPINI

Penulis adalah Veti Indriani warga Aceh yang sedang kuliah di salah satu Universitas di Medan.

Sumber:"Acehtraffic.com"

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More